loading...

Sabtu, 02 Agustus 2014

Chika Nakamura, Petinju Jepang yang Masuk Islam






Menjadi muslim bisa menghampiri nonmuslim yang mana saja. Misalnya wanita yang satu ini, Chika Nakamura. Kedua orang tuanya adalah orang Jepang asli. Ia lahir dan tumbuh hingga remaja di Nara, Jepang. Tiga belas tahun yang lalu, dia memutuskan pindah ke Amerika Serikat untuk mengejar kariernya sebagai petinju saat usianya baru 19 tahun.


Bagi kebanyakan kaum hawa, tinju bukanlah sebuah profesi yang menarik. Selain sarat dengan kekerasan, profesi ini juga tidak cukup menjanjikan dari segi pendapatan. Karena alasan itu pula, keluarga Chika di Jepang tidak pernah mendukung kepada wanita bertubuh kekar itu untuk menekuni karier di dunia tinju. 

Walaupun tidak direstui orang tuanya, hal ini tidak menyurutkan langkah Chika untuk terus menekuni profesi tersebut. Bahkan, dia menjadikan tinju sebagai sebuah pekerjaan penuh waktu. Ketika tidak ada tawaran bertanding, Chika mengisi harinya dengan melatih para calon petinju wanita.

Karier di dunia tinju mulai ditekuni Chika secara serius setelah bergabung dengan sasana tinju Gleason’s Boxing Gym yang berada di Brooklyn, New York. Sejak 2003, ia lalu mulai terjun ke dunia tinju profesional untuk kategori kelas ringan.

Hidayah di awal Ramadhan

Di dunia tinju, Chika pernah menempati peringkat ke-10 petinju wanita dunia versi WIBA. Dengan rekor tak terkalahkan dari lima kali tanding, pada 2007, ia memperoleh gelar New York State Golden Gloves.

Di atas ring, perempuan kelahiran 32 tahun silam ini sangat ditakuti para lawannya. Hal itu terbukti pada 29 Juni 2007 silam, lawan Chika yang sedianya akan melakoni sebuah petarungan, hari itu urung tampil di atas ring. Menurut pihak panitia, petinju yang akan menjadi lawan Chika tiba-tiba menyatakan mundur dari pertarungan itu pada menit terakhir untuk alasan yang tidak jelas.

“Tinju memang begitu menakutkan karena hasil yang diperoleh sangat sedikit dan kita mendapatkan pukulan bertubi-tubi. Itu sebabnya mengapa saya berlatih dengan sangat keras dan selalu berusaha tampil dalam keadaan prima,” ujar Chika.

Meski para rekannya sesama atlet tinju kerap menghadiri pesta yang menyuguhkan minuman beralkohol, Chika tidak melakukannya. Kehidupannya di Amerika bisa dikatakan sebagai sebuah pengorbanan. “Saya hidup seperti layaknya seorang biarawan. Saya tidak minum, tidak berpesta, dan tidak merokok. Sebaliknya, saya mengonsumsi makanan sehat, pergi tidur tepat waktu, dan berlatih setiap hari. Jadi, kapan pun ada pertandingan, mental saya selalu siap,” ungkapnya seperti dikutip dari laman Women’s Sports Foundation.

Sejak memutuskan untuk pindah ke Amerika, hubungan Chika dan orang tuanya di Jepang bisa dikatakan renggang. Mereka tidak pernah saling menghubungi satu sama lain, sehingga Chika telah menganggap sang pelatih, Carlos Ortiz dan istrinya, Maria, sebagai keluarga barunya. Dalam kehidupan tinjunya, Ortiz merupakan orang kelima yang pernah melatih Chika. Sebelum terjun sebagai pelatih, Ortiz merupakan salah satu petinju besar dunia. Dia pernah menjadi juara dunia tiga kali. Gaya serangannya di atas ring dikenal unik. Chika memegang rekor delapan kali menang, tiga kali dengan Knock Out (KO), dan satu kali kalah.

Menemukan Islam

“Tidak hanya soal tinju, tapi juga tentang hidup dan makna kehidupan. Semakin saya berjuang, semakin saya belajar banyak mengenai kehidupan rohani dan keinginan untuk memberi.”

Kini, dunia di atas ring bagi Chika tidak selamanya menjanjikan. Ia tidak bisa menjadikan tinju sebagai satu-satunya jalan dan tujuan hidup. Ia berharap suatu saat bisa mengabdikan dirinya pada pekerjaan sosial. Untuk itu, sejak beberapa tahun terakhir, ia memutuskan untuk kembali ke bangku sekolah. Dengan dukungan dari Maria, ia mendaftar di sebuah sekolah tinggi dan mengambil jurusan studi bahasa Inggris.

Sejak saat itu, Chika mulai mengurangi aktivitasnya di dunia tinju. Perubahan yang terjadi dalam diri Chika dalam memandang kehidupan ini pada akhirnya membawanya pada Islam.

Tepat sehari sebelum masuknya bulan Ramadhan 1431 H lalu, Chika memutuskan untuk berikrar menjadi seorang Muslimah. Tidak banyak orang yang mengetahui hal tersebut.

Setelah memeluk Islam, keseharian Chika banyak dihabiskan di masjid, baik untuk mendalami Al-qur'an maupun berdiskusi mengenai ajaran Islam. Beberapa kali ia didapati tengah mengikuti kajian Islam yang biasa diselenggarakan di sebuah masjid di pusat Kota Manhattan.

Kini, Chika menutup auratnya dengan busana Muslimah. Berbeda dengan saat masih menjadi atlet tinju, mualaf yang berasal dari Negeri Matahari Terbit itu tak lagi tampak kekar. Kini, Chika terlihat anggun. Ia telah memilih Islam sebagai jalan hidup. (rol)
Hidayah adalah anugerah yang datang tanpa disangka-sangka. Hal ini dirasakan oleh Chika Nakamura, seorang petinju wanita asal negeri sakura. - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/04/27/kisah-petinju-wanita-jepang-chika-nakamura-memeluk-islam.html#sthash.wd9Gj72y.dpuf
Hidayah adalah anugerah yang datang tanpa disangka-sangka. Hal ini dirasakan oleh Chika Nakamura, seorang petinju wanita asal negeri sakura. - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/04/27/kisah-petinju-wanita-jepang-chika-nakamura-memeluk-islam.html#sthash.wd9Gj72y.dpuf
Hidayah adalah anugerah yang datang tanpa disangka-sangka. Hal ini dirasakan oleh Chika Nakamura, seorang petinju wanita asal negeri sakura. - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/04/27/kisah-petinju-wanita-jepang-chika-nakamura-memeluk-islam.html#sthash.wd9Gj72y.dpuf

0 komentar:

Posting Komentar